Senin, 15 Oktober 2012

FARMASI FOOTBALL CLUB (FFC)

Farmasi Football Club.....
Entah kapan mulai terbentuknya, tapi diresmikan pada tahun 2002(Lupa tanggalnya. Mohon dikoreksi jika salah). Sebuah organisasi yang terbentuk atas dasar kesamaan hobi, pecinta, penikmat dan pengamat sepakbola dengan berlandaskan kekeluargaan.
Tak terhitung berapa jumlah pasti anggota FFC. Yang jelas, sebelum ada IKA Farmasi Poltekkes, saya mengenal banyak senior-senior saya disini. Karna kenaggotaan FFC berlaku seumur hidup :)
Berikut beberapa nama Ketua FFC di masanya:
1. Andi Ismail (Periode 2002-2003)
2. Abd. Gafur (2003-2005)
3. Hasrul (2005-2006)
4. Umar (2006-2008)
5. Wahyuddin (2008-2009)
6. Sofyan (2010-2011)
7. Ihya (2011-2012)
8. Akbar (2012-....)
*Mohon dikoreksi jika saya salah

Semua punya karakter, kisah dan sejarah masing-masing diperiodenya.
Pada awal terbentuknya sampai pada tahun 2007, FFC lebih sering bermain sepakbla konvensional. Barulah pada tahun 2008 sampai sekarang, FFC lebih banyak bermain futsal. Mungkin dengan alasan lebih simpel dan tidak memerlukan pemain sebanyak sepakbola konvensional.
Pada masa kejayaannya (sekitar tahun 2001-2007), FFC menjadi salah satu tim kampus kesehatan yang disegani. Hampir selalu menjadi juara di tiap turnamen yang diikuti. Walaupun terkadang juga tidak mendapatkan juara, tapi FFC tetap disegani. Namun seiring berjalannya waktu, kejayaan FFC semakin lama semakin hilang. Mungkin faktor jumlah laki-laki di Farmasi Baji Gau yang semakin sedikit. dan juga pasti faktor 'hati' jadi penentu. Dulu, para senior saya bermain dengan hatinya. Mereka total dalam bermain karena mereka cinta FFC. Siri' na Pacce yang mereka pegang teguh.

Dibalik segala cerita kejayaan dan fanatisme FFC, ada 1 masalah yang tidak kunjung selesai sampai saat ini. Polemik yang terus ada di kubu FFC. Pilihan antara "Independen" atau dinaungi HMJ-Farmasi.
Ada tanggungjawab dan konsekuensi di setiap pilihan yang ada. Berikut akan saya jelaskan kelebihan dan kekurangannya menurut kacamata saya.
1. Independen
    Kelebihan jika FFC memilih untuk berdiri sendiri atau independen, maka FFC secara otomatis menjadi sebuah organisasi, tidak perlu mengikuti aturan dan kebijakan yang diterapkan HMJ-Farmasi. FFC bisa membuat kebijakan sendiri tanpa harus meminta persetujuan dari HMJ-Farmasi.
       Namun kekurangan dari pilihan ini adalah memungkinkan munculnya FFC tandingan dari HMJ-Farmasi. Dan hal ini sudah pernah terjadi pada tahun 2005. HMJ-Farmasi menganggap tidak ada lagi wadah yang dapat menampung minat dan bakat mahasiswa farmasi dalam bidang olahraga. HMJ-Farmasi pada periode itu menganggap 'the real' FFC itu tidak ada.
2. Dinaungi HMJ-Farmasi
       Kelebihan FFC jika dinaungi HMJ-Farmasi adalah FFC punya tempat tersendiri di lingkup HMJ-Farmasi. Setiap hal yang menyangkut olahraga (terkadang juga seni) dipercayakan kepada FFC. Dan tentu saja, FFC bisa mendapat pasokan dana dari HMJ-Farmasi.
       Namun kekurangan pilihan ini adalah FFC harus patuh dengan segala kebijakan dan aturan yang diterapkan oleh HMJ-Farmasi. Dan secara otomatis, status FFC bukan lagi organisasi. Karna seperti yang kita sama-sama ketahui, tidak dibenarkan jika ada organisasi di dalam organisasi. Ibaratnya, tidak mungkin ada rumah di dalam rumah.


Tapi apapun pilihannya, semua punya tanggungjawab dan konsekuensi. Semua kembali ke Ketua dan pengurus HMJ-Farmasi. Saya dan seluruh anggota FFC wajib mendukung keputusan yang dibuat oleh Pengurus FFC..

Terakhir mungkin, akan saya paparkan pendapat saya jika saya berada di posisi Ketua dan Pengurus FFC sekarang. Saya akan memilih pilihan Independen. Saya masih menganggap FFC sebagai organisasi dengan anggota yang jauh lebih banyak dibanding HMJ-Farmasi. Kualitas? Tidak perlu pertanyakan kualitas anggota FFC. Semua anggota FFC orang hebat. Percaya itu. 
Bagaimana dengan pengakuan dari kampus? Salah satu dosen Farmasi Poltekkes Makassar pernah berucap 'Jika FFC ingin diakui, maka FFC harus dinaungi HMJ-Farmasi'. Menurut saya, apa iya FFC masih perlu pengakuan? Semua orang sudah tahu FFC. Anggotanya tersebar di seluruh Indonesia. Semua dosen sudah tahu FFC. Bahkan, pada saat saya menjadi Ketua FFC, saya pernah membuat proposal yang ditandatangani Ketua FFC, Ketua HMJ-Farmasi dan Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Makassarr untuk diserahkan ke Direktorat. Hasilnya? Alhamdulillah pada saat itu kita diberikan bantuan dana. Artinya, pihak direktorat pun sudah tahu keberadaan FFC.
Bagaimana dengan keabsahan hitam di atas putih? Percayalah, FFC tidak akan pernah mendapat pengakuan Hitam di atas Putih dari pihak instansi kecuali FFC menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa yang dinaungi langsung oleh BPM/BEM.

Semua kembali ke harmonisasi Pengurus FFC dan HMJ-Farmasi. Selama kebijakan keduanya tidak ada yang saling mengusik, Insya Allah kedua organisasi ini akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dan sekali lagi, ini hanya pendapat pribadi penulis. Semua orang bebas mengutarakan pendapat kan? :)

Terakhir akan saya bagikan beberapa foto FFC dari masa ke masa yang saya punya. maaf jika tidak semua anggota FFC ada dalam foto.






Terima Kasih telah membaca dan mengunjungi blog saya yang sederhana ini.
FORZA FFC :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar