I N F L U E N Z A
1.
Sejarah
Kata influenza berasal dari bahasa Italia yang berarti “pengaruh” hal ini merujuk pada
penyebab penyakit; pada awalnya penyakit ini disebutkan disebabkan oleh
pengaruh astrologis yang kurang baik. Perubahan pendapat medis
menyebabkan modifikasi nama menjadi influenza del freddo, yang berarti
“pengaruh dingin”. Kata influenza pertama kali dipergunakan dalam bahasa
Inggris untuk menyebut penyakit yang kita ketahui saat ini pada tahun 1703 oleh
J Hugger dari Universitas Edinburgh dalam thesisnya yang berjudul "De
Catarrho epidemio, vel influenza, prout in India occidentali sese ostendit".
Istilah lama yang dipergunakan untuk
influenza adalah epidemic catarrh, grippe (dari bahasa Perancis, pertama kali dipergunakan oleh Molyneaux
pada tahun 1694), sweating sickness, dan demam Spanyol (terutama pada galur flu
pandemi 1918).
2.
Defenisi
Influenza biasa disebut flu, adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus RNA yang menginfeksi saluran pernafasan
banyak hewan, burung, dan manusia. Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan
atas. Orang dengan daya tahan tubuh yang tinggi biasanya sembuh sendiri tanpa
obat. Pada anak-anak, lanjut usia dan orang yang memiliki daya tahan tubuh
rendah lebih cenderung menderita komplikasi seperti infeksi bakteri sekunder.
Flu ditularkan melalui percikan udara pada saat batuk, bersin, dan tangan yang
tidak dicuci setelah kontak dengan cairan hidung/mulut.
Pada kebanyakan orang, hasil infeksi pada
orang akan menyebabkan gejala umum seperti demam, batuk, sakit kepala, dan
lelah. Beberapa orang juga dapat mengembangkan sakit tenggorokan, mual, muntah,
dan diare. Mayoritas individu memiliki gejala selama sekitar satu
hingga dua minggu kemudian sembuh tanpa masalah. Namun dibandingkan dengan
sebagian besar infeksi virus pernapasan lainnya, infeksi influenza dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah
dengan angka kematian (tingkat kematian) sekitar 0,1% dari orang yang
terinfeksi virus.
Flu
disebabkan karena daya tahan tubuh kita yang lemah terhadap serangan virus
influenza. Daya tahan tubuh manusia secara alamiah akan melemah di waktu musim
hujan, dimana matahari tidak bersinar setiap hari. Mengapa kurangnya sinar
matahari menyebabkan daya tahan tubuh lemah? Sinar matahari merupakan sumber
dari Vitamin D, sering disebut juga sebagai “Sunshine Vitamin”. Kegunaan
vitamin D dalam kehidupan manusia sangat besar, diantaranya adalah menjaga daya
tahan tubuh optimal, membantu pembentukan tulang yang kuat, mencegah penyakit
berbahaya, dan lain sebagainya. Berkurangnya sinar matahari di musim hujan
memberikan efek yang kurang menguntungkan tubuh karena kandungan vitamin D
dalam tubuhpun berkurang.
Selama
ini kita hanya mengetahui bahwa vitamin
C lah yang akan membantu mencegah dan meringankan gejala Flu. Memang benar
bahwa vitamin C
dapat meningkatkan daya tahan tubuh, namun Vitamin D merupakan nutrisi yang
lebih berkhasiat meningkatkan sistem daya tahan tubuh secara alamiah. Jadi
itulah sebabnya mengapa saat musim hujan maka penyakit flu pun berdatangan.
Haemophilus
influenza adalah bakteri yang
salah dianggap penyebab influenza sampai virus itu ditunjukkan sebagai
penyebab pada tahun 1933. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru pada
bayi dan anak-anak, dan kadang-kadang menyebabkan telinga, mata, sinus, sendi,
dan beberapa infeksi lain, tetapi tidak menyebabkan flu.
Dalam
satu dekade terakhir kita banyak mendengar mengenai flu burung (SARS)
yang mewabah di asia di tahun 2003 dengan korban jiwa ratusan orang meninggal,
dan juga flu babi (H5N1) yang merebak di tahun 2009. Virus influenza
memang semakin kuat setiap tahunnya disebabkan karena kebanyakan dokter
memberikan obat antibiotik
untuk pasien yang mengalami flu selama beberapa hari. Virus influenza semakin
lama semakin kuat terhadap antibiotik tersebut sehingga para ilmuwan dan dokter
terus melakukan penelitian dan pengembangan antibiotik, bahkan vaksin baru yang
lebih kuat melawan virus flu tersebut. Namun menurut penelitian ilmiah di
amerika serikat, antibiotik dan flu bukannya memperlemah virus influenza,
malahan memperkuatnya (semakin kebal terhadap antibiotik dan vaksin).
3.
Penyebab
Virus
flu menyebar lewat udara ketika seseorang terinfeksi batuk, bersin atau bicara.
Virus influenza yang menjadi penyebab dibagi menjadi tiga jenis, yang ditunjuk
A, B, dan C. Influenza tipe A dan B bertanggung jawab atas wabah penyakit
pernafasan yang terjadi hampir setiap musim dingin atau musim hujan dan sering
dikaitkan dengan tingkat peningkatan rawat inap dan kematian. Influenza tipe C
berbeda dari tipe A dan B dalam beberapa hal penting. Tipe C biasanya
menyebabkan infeksi baik penyakit pernafasan sangat ringan atau tanpa gejala
sama sekali, tetapi tidak menyebabkan epidemi dan tidak memiliki dampak
kesehatan masyarakat parah influenza tipe A dan B. Upaya untuk mengendalikan
dampak influenza ditujukan untuk jenis A dan B.
Virus
influenza terus berubah dari waktu ke waktu, biasanya dengan mutasi
(perubahan RNA virus). Hal ini mengubah konstanta sering memungkinkan virus
untuk menghindari sistem kekebalan tubuh (manusia, burung, dan hewan lainnya)
sehingga host rentan terhadap infeksi virus
influenza berubah sepanjang hidup. Proses ini bekerja sebagai
berikut: host terinfeksi virus influenza mengembangkan antibodi terhadap virus
karena host tidak mengenali penyakit
influenza sebagai masalah sampai infeksi ini berjalan dengan baik.
Antibodi yang pertama kali dikembangkan mungkin dalam beberapa kasus memberikan
perlindungan parsial terhadap infeksi dengan virus influenza yang baru
4.
Gejala
Gejala
influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah infeksi.
Biasanya gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin, namun demam juga
sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar
38-39 °C (kurang lebih 100-103 °F). Banyak orang merasa begitu sakit
sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari,
dengan rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, yang terasa lebih berat pada daerah
punggung dan kaki. Gejala influenza dapat meliputi:
- Demam dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
- Batuk
- Hidung tersumbat
- Nyeri tubuh, terutama sendi dan tenggorok
- Kelelahan
- Nyeri kepala
- Iritasi mata, mata berair
- Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut, tenggorok, dan hidung
- Ruam petechiae
- Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, (dapat menjadi parah pada anak dengan influenza B)
Kadangkala
sulit untuk membedakan antara selesma dan influenza pada tahap
awal dari infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi apabila terdapat demam
tinggi mendadak dengan kelelahan yang ekstrem. Diare biasanya bukan gejala dari
influenza dari anak, namun hal tersebut dapat dijumpai pada sebagian kasus
"flu burung" H5N1 pada manusia dan dapat menjadi gejala pada
anak-anak. Gejala yang paling sering terdapat pada influenza ditunjukkan pada
tabel di kanan.
Karena
obat-obat antivirus efektif dalam mengobati influenza apabila diberikan dini
(lihat bagian terapi
di bawah), penting untuk mengidentifikasi kasus secara dini. Dari gejala-gejala
yang disebutkan di atas, kombinasi demam dengan batuk, nyeri tenggorok dan/atau
hidung tersumbat dapat meningkatkan akurasi diagnositik. Dua penelitian
analisis keputusan menunjukkan bahwa pada saat terdapat wabah influenza lokal, prevalensinya lebih dari 70%,
oleh karenanya pasien dengan salah satu kombinasi dari gejala tersebut dapat
diobati dengan inhibitor
neuraminidase tanpa pemeriksaan. Bahkan saat tidak terdapatnya wabah lokal,
pengobatan dapat dibenarkan pada pasien tua pada saat musim influenza selama
prevalensinya lebih dari 15%.
Ketersediaan
pemeriksaan laboratorium untuk influenza terus mengalami peningkatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (CDC) Amerika Serikat, merangkum pemeriksaan laboratorium terbaru
yang tersedia. Menurut CDC, pemeriksaan diagnostik cepat (rapid diagnostic
test) memiliki sensitivitas sebesar 70-75% dan spesifisitas sebesar 90-95%
dibandingkan dengan kultur virus. Pemeriksaan ini terutama berguna pada musim
influenza (prevalensi = 25%) tanpa adanya wabah langusng, atau musim
periinfluenza (prevalensi = 10%).
5.
Mekanisme
Penularan dan Patofisiologi
a. Penularan
Shedding
virus influenza (waktu di mana seseorang dapat menularkan virus pada orang
lain) dimulai satu hari sebelum gejala muncul dan virus akan dilepaskan selama
antara 5 sampai 7 hari, walaupun sebagian orang mungkin melepaskan virus selama
periode yang lebih lama. Orang yang tertular influenza paling infektif pada
hari kedua dan ketiga setelah infeksi. Jumlah virus yang dilepaskan nampaknya
berhubungan dengan demam, jumlah virus yang dilepaskan lebih besar saat
temperaturnya lebih tinggi. Anak-anak jauh lebih infeksius dibandingkan orang
dewasa dan mereka melepaskan virus sebelum mereka mengalami gejala hingga dua
minggu setelah infeksi. Penularan influenza dapat dimodelkan
secara matematis, yang akan membantu dalam prediksi bagaimana virus
menyebar dalam populasi.
Influenza
dapat disebarkan dalam tiga cara utama: melalui penularan langsung (saat orang
yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada
mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara (saat seseorang
menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat orang
yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan melalui penularan
tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan
yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman. Moda
penularan mana yang terpenting masih belum jelas, namun semuanya memiliki
kontribusi dalam penyebaran virus. Pada rute penularan udara, ukuran droplet
yang cukup kecil untuk dihirup berdiameter 0,5 sampai 5 μm dan
inhalasi satu droplet mungkin cukup untuk menimbulkan infeksi. Walaupun satu
kali bersin dapat melepaskan sampai 40.000 droplet, sebagian besar dari droplet
tersebut cukup besar dan akan hilang dari udara dengan cepat. Seberapa lama
virus influenza dapat bertahan dalam droplet udara nampaknya dipengaruhi oleh
kadar kelembaban dan radiasi ultraviolet: kelembaban rendah dan kurangnya cahaya
matahari pada musim dingin membantu kebertahanan virus ini.
Karena
virus influenza dapat bertahan di luar tubuh, virus ini juga dapat ditularkan
lewat permukaan yang terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang
pintu, saklar lampu, dan benda-benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu virus
dapat bertahan pada suatu permukaan beragam, virus dapat bertahan selama satu
atau dua hari pada permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik atau
metal, selama kurang lebih lima belas menit pada kertas tissue kering, dan
hanya lima menit pada kulit. Namun, apabila virus terdapat dalam mukus/lendir,
lendir tersebut dapat melindungi virus sehingga bertahan dalam waktu yang lama
(sampai 17 hari pada uang kertas). Virus flu burung dapat bertahan dalam waktu yang
belum diketahui saat berada dalam keadaan beku. Virus mengalami inaktivasi oleh
pemanasan sampai 56 °C (133 °F) selama minimun 60 menit, dan juga
oleh asam (pada pH <2).
b. Patofisiologi
Mekanisme
bagaimana infeksi influenza dapat menimbulkan gejala pada manusia telah
dipelajari secara intensif. Salah satu mekanisme yang dipercaya adalah dengan
inhibisi hormon adrenokortikotropik (ACTH/Adrenocorticotropic Hormone) yang
menimbulkan penurunan kadar hormon kortisol. Mengetahui gen mana yang
terkandung dalam galur virus tertentu dapat membantu memprediksi bagaimana
virus tersebut dapat menular dan seberat apa infeksi yang akan terjadi
(memprediksi patofisiologi dari suatu
galur virus).
Contohnya,
bagian dari proses yang memungkinkan virus influenza menginvasi suatu sel
adalah penguraian dari protein hemagglutinin virus oleh salah satu enzim protease
manusia. pada virus yang infeksinya bersifat ringan dan avirulen, struktur
hemagglutinin yang ada hanya dapat diurai oleh protease yang ditemukan dalam
tenggorok dan paru, sehingga virus ini tidak dapat menginfeksi jaringan lain.
Namun, pada galur yang sangat virulen, seperti H5N1, hemagglutinin yang
terkandung dalam virus dapat diurai oleh varietas protease yang beragam,
sehingga memungkinkan virus menyebar ke seluruh tubuh.
Protein
hemagglutinin virus bertanggung jawab baik dalam menentukan spesies mana yang
dapat diinfeksi oleh suatu galur virus maupun lokasi saluran pernapasan mana
yang dapat berikatan dengan suatu galur virus influenza. Galur yang dapat
ditularkan dengan mudah dari manusia-ke-manusia memiliki protein hemagglutinin
yang berikatan dengan reseptor pada saluran pernapasan bagian atas, seperti
pada hidung, tenggorok, dan mulut. Sebaliknya, strain H5N1 yang sangat
berbahaya berikatan dengan reseptor yang paling banyak ditemukan di dalam paru.
Perbedaan pada tempat infeksi ini mungkin merupakan bagian dari alasan mengapa
galur H5N1 menimbulkan pneumonia virus yang berat pada paru, namun tidak
ditularkan dengan mudah melalui batuk dan bersin.
Gejala
yang sering terdapat pada flu seperti demam, nyeri kepala, dan kelelahan
merupakan hasil dari sejumlah besar sitokin dan chemokin proinflamasi (seperti interferon
atau tumor necrosis factor
(TNF)) yang diproduksi oleh sel yang terinfeksi influenza. Tidak seperti
rhinovirus yang menimbulkan selesma (common cold/masuk angin), influenza
menimbulkan kerusakan jaringan, sehingga gejala yang terjadi tidak seluruhnya
disebabkan oleh respons inflamasi. Respons imun yang besar ini dapat
menimbulkan “badai sitokin” yang dapat mengancam nyawa. Kejadian ini diduga
merupakan penyebab dari kematian yang tidak biasa baik pada flu burung H5N1, dan
galur pandemik 1918. Namun, kemungkinan lainnya adalah sejumlah besar sitokin
yang dihasilkan hanya merupakan hasil dari replikasi virus yang sangat besar
yang ditimbulkan oleh galur tersebut, dan respons imun tidak memberikan
kontribusi pada penyakit.
6.
Pencegahan
Vaksinasi
terhadap influenza dengan vaksin influenza sering direkomendasikan pada
kelompok risiko tinggi, seperti anak-anak dan lansia, atau pada penderita asma, diabetes, penyakit
jantung, atau orang-orang yang mengalami gangguan imun. Vaksin influenza
dapat diproduksi lewat beberapa cara; cara yang paling umum adalah dengan
menumbuhkan virus pada telur ayam yang telah dibuahi. Setelah dimurnikan, virus
kemudian akan diaktivasi (misalnya, dengan detergen) untuk menghasilkan vaksin
virus yang tidak aktif. Sebagai alternatif, virus dapat ditumbuhkan pada telur
sampai kehilangan virulensinya kemudian virus yang avirulen diberikan sebagai
vaksin hidup. Efektivitas dari vaksin influenza beragam. Karena tingkat mutasi
virus yang sangat tinggi, vaksin influenza tertentu biasanya memberikan
perlindungan selama tidak lebih dari beberapa hari. Setiap tahunnya, WHO
memprediksikan galur virus mana yang paling mungkin bersirkulasi pada tahun
berikutnya, sehingga memungkinkan perusahaan farmasi untuk mengembangkan vaksin
yang akan menyediakan kekebalan yang terbaik terhadap galur tersebut.Vaksin
juga telah dikembangkan untuk melindungi ternak unggas dari flu burung. Vaksin
ini dapat efektif terhadap beberapa galur dan dipergunakan baik sebagai
strategi preventif, atau dikombinasikan dengan culling (pemuliaan) sebagai
usaha untuk melenyapkan wabah.
Terdapat
kemungkinan terkena influenza walaupun telah divaksin. Vaksin akan diformulasi
ulang tiap musim untuk galur flu spesifik namun tidak dapat mencakup semua
galur yang secara aktif menginfeksi seluruh manusia pada musim tersebut.
Memerlukan waktu selama enam bulan bagi manufaktur untuk memformulasikan dan
memproduksi jutaan dosis yang diperlukan untuk menghadapi epidemi musiman;
kadangkala, galur baru atau galur yang tidak diduga menonjol pada waktu
tertentu dan menginfeksi orang-orang walaupun mereka telah divaksinasi (seperti
yang terjadi pada Flu Fujian H3N2 pada musim flu
2003-2004). Juga terdapat kemungkinan mendapatkan infeksi sebelum vaksinasi dan
menjadi sakit oleh galur yang seharusnya dicegah oleh vaksinasi, karena vaksin
memerlukan waktu dua minggu sebelum menjadi efektif.
Pada
musim 2006-2007, CDC pertama kalinya merekomendasikan anak yang berusia kurang
dari 59 bulan untuk menerima vaksin influenza tahunan. Vaksin dapat menimbulkan
sistem imun untuk bereaksi saat tubuh menerima infeksi yang sebenarnya, dan
gejala infeksi umum (banyak gejala selesma dan flu hanya merupakan gejala
infeksi umum) dapat muncul, walaupun gejala tersebut biasanya tidak seberat
atau bertahan selama influenza. Efek samping yang paling berbahaya adalah
reaksi alergi berat baik pada material virus maupun residu dari telur ayam yang
dipergunakan untuk menumbuhkan virus influenza; namun reaksi tersebut sangatlah
jarang.
Sebagai
tambahan selain vaksinasi terhadap influenza musiman, peneliti berusaha untuk
mengembangkan vaksin terhadap kemungkinan pandemi influenza. Perkembangan,
produksi, dan distribusi vaksin inluenza pandemik yang cepat dapat
menyelamatkan nyawa jutaan orang pada saat terjadi pandemi inluenza. Karena
hanya terdapat waktu yang singkat antara identifikasi galur pandemik dan
kebutuhan vaksinasi, para peneliti sedang mencari pilihan moda produksi vaksin
selain melalui telur. Teknologi vaksin hidup yang diinaktivasi (berbasis telur
atau berbasis sel), dan teknologi rekombinan (protein dan partikel mirip
virus), akan memberikan akses real time yang lebih baik dan dapat diproduksi
dengan lebih terjangkau, sehingga meningkatkan akses bagi orang-orang yang
hidup di negara-negara berpenghasilan sedang dan rendah, dimana kemungkinan
pandemi berasal. Sampai Juli 2009, lebih dari 70 uji klinis yang diketahui
telah dilaksanakan atau sedang dilaksanakan mengenai vaksin influenza pandemi.
Pada September 2009, Badan POM Amerika Serikat menyetujui empat vaksin terhadap
virus influenza H1N1 2009 (galur pandemik pada saat itu), dan meminta stok
vaksin tersebut tersedia dalam bulan selanjutnya.
Pengendalian
infeksi
Cara
yang cukup efektif untuk menurunkan penularan influenza salah satunya adalah
menjaga kesehatan pribadi dan kebiasaan higienis yang baik: seperti tidak
menyentuh mata, hidung dan mulut; sering mencuci
tangan (dengan air dan sabun, atau dengan cairan pencuci
berbasis alkohol); menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, menghindari
kontak dekat dengan orang yang sakit; dan tetap berada di rumah sendiri saat
sedang sakit. Tidak meludah juga disarankan. Walaupun masker wajah dapat
membantu mencegah penularan saat merawat orang yang sakit terdapat bukti-bukti
yang bertentangan mengenai manfaat hal tersebut pada masyarakat. Merokok
meningkatkan risiko penularan influenza, dan juga menimbulkan gejala penyakit
yang lebih berat.
Karena
influenza menyebar melalui aerosol dan kontak dengan permukaan yang
terkontaminasi, pembersihan permukaan tersebut dapat membantu mencegah sebagian
dari infeksi. Alkohol
merupakan bahan sanitasi yang efektif terhadap virus influenza, sementara
senyawa amonium kuarterner dapat dipergunakan bersamaan dengan alkohol sehingga
efek sanitasi tersebut dapat bertahan lebih lama. Di rumah sakit, senyawa
amonium kuarterner dan bahan pemutih dipergunakan
untuk membersihkan ruangan dan peralatan yang sebelumnya dipakai oleh pasien
dengan gejala influenza. Di rumah, hal tersebut dapat dilakukan dengan efektif
dengan mempergunakan bahan pemutih chlorine yang diencerkan.
Pada
pandemi yang lalu, penutupan sekolah, gereja, dan bioskop memperlambat
penyebaran virus namun tidak memiliki dampak yang besar terhadap angka kematian
keseluruhan. Belum dapat dipastikan apakah menurunkan pertemuan publik,
misalnya dengan menutup sekolah dan tempat kerja, akan menurunkan penularan
karena orang yang menderita influenza bisa saja masih berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain; pendekatan seperti ini juga akan sulit untuk dilakukan
dan mungkin tidak disukai. Apabila
sejumlah kecil orang mengalami infeksi, mengisolasi orang yang sedang sakit
dapat mengurangi risiko penularan.
Prognosis
Pengaruh
influenza jauh lebih berat dan bertahan lebih lama dibandingkan dengan selesma.
Sebagian besar orang akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua
minggu, namun yang lainnya akan mengalami komplikasi yang mengancam nyawa
(seperti pneumonia). influenza dapat mematikan, terutama pada orang yang lemah,
muda dan tua, atau mengalami penyakit kronis. Orang-orang dengan sistem imun
yang lemah, seperti penderita infeksi HIV tingkat lanjut atau pasien penerima transplan (yang sistem
imunnya ditekan dengan obat untuk mencegah penolakan organ transplan),
menderita penyakit yang lebih berat. Kelompok risiko tinggi yang lain adalah
wanita hamil dan anak kecil.
Flu
dapat memperburuk masalah kesehatan kronis. Orang-orang dengan emfisema,
bronkitis kronis atau asma dapat mengalami kesulitan bernapas saat mereka
mengalami flu, dan influenza dapat menimbulkan perburukan penyakit jantung koroner atau gagal gantung
kongestif.[122]
Merokok merupakan faktor risiko lain yang berhubungan dengan penyakit yang
lebih berat dan mortalitas yang lebih tinggi yang ditimbulkan oleh influenza.
Menurut
WHO: “Setiap musim dingin, puluhan juta orang terkena flu. Sebagian besar hanya
sakit dan tidak bekerja selama satu minggu, sementara para lanjut usia memiliki
risiko kematian yang lebih tinggi karena penyakit ini. Kami mengetahui bahwa
korban meninggal di seluruh dunia melebihi ratusan ribu orang tiap tahunnya,
namun bahkan di negara maju, jumlah tersebut tidak dapat dipastikan, karena
pihak medis yang berwajib biasanya tidak memverifikasi orang yang meninggal
karena influenza dan orang yang meninggal dengan penyakit-mirip-flu.” Bahkan
orang sehat dapat terkena, dan masalah serius yang ditimbulkan oleh influenza
dapat terjadi pada usia berapapun. Orang berusia lebih dari 50 tahun, anak yang
sangat muda, dan orang dari semua usia dengan kondisi medis kronis lebih
mungkin untuk mendapatkan komplikasi influenza, seperti pneumonia, bronkitis,
infeksi sinus dan telinga.
Pada
sebagian kasus, respons autoimun terhadap influenza dapat memberikan kontribusi
terhadap sindrom Guillain-Barré
(GBS). Namun, karena banyak infeksi lain yang dapat meningkatkan risiko
penyakit ini, influenza merupakan penyebab yang penting hanya pada saat terjadi
epidemi. Sindrom ini telah dipercaya juga sebagai efek samping yang langka dari
vaksin influenza. Walaupun satu laporan penelitian memberikan insidensi sebesar
satu kasus per satu juta vaksinasi, sebuah penelitian besar di Cina, yang
dilaporkan di NEJM yang mencakup hampir 100 juta
dosis vaksin terhadap flu ”babi” H1N1 2009 hanya ditemukan sebelas kasus
sindrom Guillain-Barré, (0,1%) dari total insidensi pada orang yang divaksin,
sebetulnya lebih tendah dari tingkat kejadian penyakit di Cina, dan tidak
terdapat efek samping yang ditemukan; "rasio risiko-manfaat, yang biasa
diterapkan pada vaksin dan segala sesuatu dalam pengobatan medis, sangat lebih
condong pada penggunaan vaksin." Mendapatkan infeksi influenza sendiri
meningkatkan risiko kematian (sampai 1 dari 10.000) dan meningkatkan risiko mengalami
GBS sampai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh
penggunaan vaksin (kurang lebih 10 kali pada penggunaan perkiraan saat ini).
7.
Epidemiologi
Variasi musiman
Influenza
mencapai prevalensi puncak pada musim dingin, dan karena belahan bumi utara dan selatan mengalami musim dingin pada waktu yang
berbeda tiap tahunnya, terdapat dua musim flu tiap tahunnya. Itulah mengapa WHO
(dibantu oleh National Influenza Centers) membuat rekomendasi bagi dua
formulasi vaksin tiap tahunnya; satu untuk belahan bumi utara, dan satu untuk
selatan.
Telah
lama menjadi pertanyaan mengapa wabah flu terjadi secara musiman, bukan terjadi
secara musiman sepanjang tahun. Satu penjelasan yang mungkin adalah karena
orang berada dalam ruangan lebih sering pada musim dingin, mereka berada dalam
kontak dekat lebih sering, dan hal tersebut meningkatkan penularan dari
orang-ke-orang. Peningkatan tingkat perjalanan karena liburan musim dingin pada
belahan bumi bagian utara mungkin juga memegang peranan. Faktor yang lain adalah suhu yang dingin
menyebabkan udara lebih dingin, yang dapat mengeringkan mukus/lendir, mencegah
tubuh untuk mengusir partikel virus secara efektif. Virus juga bertahan lebih
lama pada permukaan pada temperatur yang lebih dingin dan transmisi aerosol
dari virus paling tinggi pada lingkungan yang dingin (kurang dari 5° C) dengan
kelembaban relatif yang rendah. Kelembaban udara yang rendah pada musim dingin
nampaknya merupakan penyebab utama dari transmisi influenza musiman pada iklim
sedang.
Namun,
perubahan musiman pada tingkat infeksi juga terjadi pada wilayah tropis, dan
pada beberapa negara puncak infeksi terlihat terutama pada musim hujan
Perubahan musiman dalam tingkat kontak yang berhubungan dengan musim sekolah
(semester) merupakan faktor utama dalam penyakit anak lainnya seperti campak dan pertussis, mungkin juga memegang
peranan dalam kombinasi penyakit flu. Kombinasi dari efek musiman kecil ini
dapat diperbesar dengan resonansi dinamis siklus endogen penyakit. H5N1
menunjukkan pola musiman baik pada manusia dan unggas.
Sebuah
hipotesis alternatif yang menjelaskan pola musiman pada infeksi influenza
adalah efek kadar vitamin D terhadap kekebalan terhadap virus. Pendapat ini
pertama kali diajukan oleh Robert Edgar
Hope-Simpson pada tahun 1965. Dia mengajukan bahwa penyebab epidemi
influenza pada musim dinggin mungkin berhubungan dengan fluktuasi musiman
vitamin D, yang timbul pada kulit di bawah pengaruh radiasi UV matahari (atau
radiasi artifisial). Hal ini dapat menjelaskan mengapa influenza terjadi
terutama pada musim dingin dan pada musim hujan pada daerah tropis, saat orang
banyak berada dalam ruangan, jauh dari sinar matahari, dan kadar vitamin D-nya
mengalami penurunan.
Penyebaran
epidemi dan pandemi
Karena
influenza disebabkan berbagai spesies dan galur virus, setiap tahunnya beberapa
galur dapat musnah sementara galur yang lainnya menimbulkan epidemi, sementara
galur yang lainnya menimbulkan pandemi. Biasanya, dua musim flu tahunan (satu
dalam satu belahan bumi), terdapat tiga sampai lima juta kasus berat dan sampai
500.000 kematian di seluruh dunia, yang memenuhi kriteria epidemi influenza
tahunan. Walaupun insidensi influenza dapat sangat beragam dari tahun-ke-tahun,
kurang lebih 36.000 kematian dan lebih dari 200.000 rawat inap berhubungan
secara langsung dengan influenza tiap tahunnya di Amerika Serikat. Kurang lebih
tiga kali dalam satu abad, terjadi pandemi, yang akan menginfeksi sebagian
besar populasi dunia dan dapat menyebabkan kematian jutaan orang (lihat bagian sejarah). Satu
penelitian memperkirakan apabila suatu galur dengan virulensi yang sama dengan influenza 1918 muncul
saat ini, maka virus tersebut dapat membunuh 50 sampai 80 juta orang.
Virus
influenza baru mengalami evolusi spontan melalui mutasi atau melalui
reassortment. Mutasi dapat menimbulkan perubahan kecil pada hemagglutinin dan antigen neuraminidase pada permukaan
virus. Hal ini disebut antigenic drift, yang secara perlahan menimbulkan banyak
variasi galur sampai salah satu dapat menginfeksi manusia yang kebal terhadap
galur yang telah ada sebelumnya. Varian baru ini kemudian menggantikan galur
yang lebih tua karena galur tersebut dengan cepat menyapu populasi manusia –
sering menimbulkan epidemi. Namun, karena galur yang ditimbulkan oleh hanyutan
tersebut akan cukup serupa dengan galur yang lama, sebagian orang akan masih
imun terhadap virus tersebut. Sebaliknya, apabila virus influenza mengalami
reassortment, mereka akan memperoleh antigen yang samaseklai baru – misalnya
reassortment antara galur unggas dan galur manusia; hal ini disebut perpindahan antigen.
Apabila virus influenza manusia memiliki antigen yang samasekali baru, setiap
orang dapat terkena infeksi, dan virus influenza baru tersebut akan menyebar
secara tidak terkontrol dan menimbulkan pandemi. Berlawanan dengan model
pandemi yang didasarkan pada hanyutan dan perpindahan antigen, suatu pendekatan
alternatif telah diajukan dimanapandemi periodik ditimbulkan oleh interaksi
dari suatu rangkaian galur virus yang tetap dengan populasi manusia yang secara
konstan mengalami perubahan imunitas terhadap galur virus yang berbeda.
8.
Pengobatan
Orang
yang menderita flu disarankan untuk banyak beristirahat, meminum banyak cairan,
menghindari penggunaan alkohol dan rokok, dan apabila diperlukan, mengonsumsi
obat seperti asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan gejala demam dan nyeri
otot yang berhubungan dengan flu. Anak-anak dan remaja dengan gejala flu
(terutama demam) sebaiknya menghindari penggunaan aspirin pada saat infeksi
influenza (terutama influenza tipe B), karena hal tersebut dapat menimbulkan
Sindrom Reye, suatu penyakit hati yang langka namun memiliki potensi
menimbulkan kematian. Karena influenza disebabkan oleh virus, antibiotik tidak
memiliki pengaruh terhadap infeksi; kecuali diberikan untuk infeksi sekunder
seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun
sebagian galur inflenza dapat menunjukkan resistensi terhadap obat-obat
antivirus standar.
Dua
kelas obat antivirus yang dipergunakan terhadap influenza adalah inhibitor
neuraminidase dan inhibitor protein M2 (derivat adamantane). Inhibitor
neuraminidase saat ini lebih disukai terhadap infeksi virus karena kurang
toksik dan lebih efektif. CDC merekomendasikan untuk tidak mempergunakan
inhibitor M2 pada musim influenza 2005-06 karena tinginya tingkat resistensi
obat. Karena wanita hamila nampaknya akan terkena dampak yang lebih besar
dibandingkan dengan populasi umum oleh virus influenza H1N1 2009, pengobatan
segera dengan obat-obat anti influenza telah direkomendasikan. Pada Konferensi
Pers influenza H1N1 November 2009, WHO merekomendasikan orang pada kelompok
risiko tinggi, termasuk wanita hamil, anak berusia kurang dari dua tahun dan
orang dengan masalah pernapasan, agar mulai mengkonsumsi obat-obat antivirus
segera setelah mereka mengalami gejala flu. Obat antiirus yang dipergunakan
termasuk oseltamivir (Tamiflu) dan zanamivir (Relenza).
Inhibitor neuraminidase
Obat-obat
antivirus seperti oseltamivir (merek dagang Tamiflu) dan zanamivir (merek
dagang Relenza) merupakan inhibitor neuraminidase yang didesain untuk
menghambat penyebaran virus pada tubuh. Obat-obatan ini sering efektif terhadap
influenza A dan B. Cochrane Collaboration meninjau kembali obat-obat ini dan
menyimpulkan bahwa obat-obat in idapat mengurangi gejala dan komplikasi. Galur influenza yang berbeda memiliki derajat
resistensi yang berbeda terhadap obat antivirus ini, dan tidak mungkin untuk
memprediksi sebesar apa resistensi yang dimiliki galur pandemik pada masa
depan.
Inhibitor M2 (adamantanes)
Obat-obat
antivirus amantadine dan rimantadine akan memblokade kanal ion virus (protein
M2) dan mencegah virus untuk menginfeksi sel. Obat-obatan tersebut kadangkala
efektif terhadap influenza apabila diberikan dini pada infeksi namun selalu
tidak efektif terhadap influenza B karena virus influenza B tidak memiliki
molekul M2. Resistensi yang terukur terhadap amantadine dan rimantadine pada
isolat Amerka dari H3N2 telah mengalami peningkatan sampai 91% pada tahun 2005.
Tingginya tingkat resistensi ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan luas dari
amantadine sebagai obat yang dijual tanpa resep dokter untuk pengobatan selesma
di negara-negara seperti Cina dan Russia, dan penggunaannya untuk mencegah
wabah influenza pada ternak unggas.
9.
Jenis-jenis
Obat Influenza
Antihistamin yang sering dijumpai pada obat flu
adalah klorfeniramin maleat (CTM), termasuk dalam keluarga etanolamin (suatu
anihistamin penghambat reseptor H1). Bagaimana mekanisme aksinya? Baca ulasan
berikut ini tentang hipersensitivitas tipe I. Intinya adalah adanya reaksi yang
berlebihan dari sistem pertahanan tubuh terhadap gangguan luar, baik makanan,
obat, maupun udara dingin. Salah satu alat serang yang dilepas tubuh ke dalam
pembuluh darah adalah histamin yang menyebabkan kontraksi atau menciutnya
berbagai alat vital seperti bronkus dan usus, serta peningkatan sekresi mukus
atau lendir dan resistensi saluran nafas
Antihistamin,
dapat mengentalkan dahak sehingga menyulitkan kerja ekspektoran, bisa mengatasi
penyempitan bronkus tetapi tidak cukup kuat untuk menjadi bronkodilator,
mempunyai sifat kolinergik sehingga bisa menimbulkan kesukaran pada buang air
kecil. CTM dapat menetralkan histamin yang dilepaskan oleh tubuh, tetapi
tidak semua penyakit alergi bisa disembuhkannya. CTM efektif terhadap
gatal-gatal, bersin, dan ingus jika disebabkan oleh penyakit alergi. CTM
jarang dijual dalam bentuk tunggal. CTM sering menimbukan mulut kering dan
gangguan buang air kecil. Gejala lainnya dapat berupa mual dan muntah sehingga
obat ini harus diminum sesudah makan (Azwar, 2005).
Dextrometorfan adalah suatu antitusif (penekan
batuk), bekerja sentral dengan meninggikan ambang refleks batuk. Hampir sama
kuat dengan kodein, tidak menimbulkang gangguan saluran cerna dan kantuk.
Ekspektoran adalah obat untuk merangsang
pengeluaran dahak dari saluran nafas, contoh adalah gliseril guaikolat.
Berikut ulasan singkat obat-obat
yang sering dipakai masyarakat (disusun secara alfabetis).
Allerzin Syrup
ALLERZIN syrup (5 ml) mengandung
Prornethazine HCI sebanyak 5 mg. Digunakan untuk pengobatan pada berbagai
macam penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi. Karena sifat sedatifnya,
maka untuk pemakaian obat ini dapat menimbulkan rasa agak mengantuk, mirip CTM.
Bodrex Flu dan Batuk
Komposisi: parasetamol 500 mg,
pseudoephedrine HCl 30 mg, dextromethorphan HBr 12 mg. Indikasi : meredakan
gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan
bersin-bersin yang disertai batuk. Analisis: parasetamol bekerja sebagai
antipiretik (pengurang demam) dan analgetik (pelerai rasa sakit kepala),
pseudoefedrin (bukan PPA yang digunakan) sebagai dekongestan (hidung
tersumbat), dekstrometorfan sebagai antitusif (penekan batuk).
Coparcetin
Isi kandungannya adalah
: parasetamol 500 mg, gliseril guaiakolat 100 mg, efedrin-HCl 8
mg, CTM (klorfeniramin maleat) 2 mg. Sedangkan dalam bentuk sediaan
sirup, tiap 5 ml mengandung: parasetamol 120 mg, gliseril guaiakolat
50 mg, efedrin HCl 4 mg, CTM (klorfeniramin maleat) 1 mg.
Coparcetin adalah obat untuk
influenza, batuk pilek, salesma, bronkitis, asma dan saluran nafas. Ada dalam 2
bentuk sediaan yaitu kaplet dan sirup. Untuk sirup sendiri ada untuk dewasa dan
anak-anak (Caporcetin Kid Cough). Aturan pakai untuk dewasa adalah 3 x
sehari 1 kaplet, anak usia 6-12 tahun: 3 x sehari 1/2 kaplet. Untuk
sediaan sirup, anak 2-6 tahun: 3-4 x sehari 1/2 -1 sendok takar (5 ml); 6-12
tahun: 3-4 x sehari 1/2 -1 sendok takar (5 ml).
Analisis: parasetamol dan efedrin
idem di atas. Gliseril guaikolat adalah ekspektoran (pelancar dahak), CTM
sebagai antialergi.
Decolgen
Setiap tablet mengandung:
Parasetamol 75 mg, Pseudoefedrin HCI 7,5 mg, Klorfeniramin Maleat 0,5
mg. Bekerja sebagai analgesik-antipiretik,dekongestan hidung dan
antihistamin. Sudah faham kan? Dosis parasetamol hanya 75 mg, tergolong aman.
Dorbigot (Nufarindo)
Komposisinya parasetamol 500 mg
dan N-acetylcysteine (NAC) 200 mg. Indikasi meringankan batuk berdahak dan
menurunkan demam yang menyertai influenza. Mekanisme kerja? NAC adalah salah
satu ekspektoran juga lho.
Intunal F
Komposisi per tablet : Parasetamol
500 mg, Fenilpropanolamin HCl 15 mg, Deksklorfeniramini maleat 2 mg,
Dekstrometorfan HBr 15 mg, Gliseril guaiakolat 50 mg. Menghilangkan
gejala-gejala demam, flu, sakit kepala. Analisis: parasetamol,
dekstrometorfan, gliseril guaikolat idem di atas. Tidak digunakan CTM tapi
Deks-CTM, apa bedanya? Sama saja, sama-sama antialergi. Untuk dekongestan
dipakai Fenilpropanolamin HCl 15 mg (tidak 25 mg). Obat ini antitusif di
gabung dengan ekspektoran (dekstro vs GG).
Inza
Tiap tablet mengadung : Parasetamol
500 mg, Pseudoefedrin HCI 30 mg, Klorfeniramina Maleat 1 mg. Efek samping:
mengantuk, gangguan pencernaan, isomnia, gelisah, eksitasi, tremor, takikardi,
aritmia ventrikel, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih. Penggunaan dosis
besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati. Jika dibandingkan dengan
Decolgen, dosis di Inza rata-rata 2x lipat, kecuali parasetamol 6x lipat).
Neozep Forte
Komposisi Phenylpropanolamine
HCl 15 mg, parasetamol 250 mg, salisilamid 150 mg, chlorpheniramine maleate 2
mg, ascorbic acid (vitamin C) 25 mg. Indikasi: pilek, rinitis alergika &
rinitis vasomotor, sinusitis, flu, hidung berair, hay fever (demam disebabkan
kepekaan terhadap rumput kering) dan gangguan nasofaringeal lain. Analisis:
salisilamid adalah bentuk lain dari salisilat, selain juga sodium salisilat
(suatu garam salisilat). Perbedaannya terletak pada kekuatannya (potensi). Asam
asetilsalisilik adalah bentuk yang terkuat, sedangkan salisilamid adalah bentuk
terlemah. Di Neozep Forte sudah ada parasetamol, tapi mengapa masih menggunakan
salisilamid dalam komposisinya ya? Mungkin ini strategi dalam mengurangi dosis
parasetamol yang hanya 250 mg saja, sehingga efek hepatotoksiknya turun,
sementara supaya efeknya tetap sama makanya di tambah dari salisilamid (yang
potensinya cukup lemah). Ada apa juga dengan Vitamin C pada komposisi ini?
Vitamin C adalah suatu vitamin penting, antioksidan, meningkatkan metabolisme
yang dibutuhkan pada kondisi-kondisi flu.
Panadol Cold dan Flu
Merek baru perluasan dari Panadol
biru, dengan bintang iklan ganteng Afghan, pelantun lagu Terima Kasih Cinta.
Kemasannya adalah warna hijau, berbeda dengan merek baru lainnya yaitu Panadol
Extra yang berwarna merah. Panadol Cold & Flu mengandung kombinasi
dari parasetamol 500 mg, pseudoefedrin HCI 30 mg, dan dekstrometorfan HBr 15
mg, yang berguna untuk demam/meringankan rasa sakit, dekongestan dan antitusif.
Analisis: Parasetamol adalah derifat
non-narkotik dari para aminophenol yang berkhasiat analgesik dan antiperetik.
yang timbul karena efek selektif alat persepsi rasa sakit pada talamus dan
hipotalamus di susunan saraf pusat. Panadol Cold & Flu dapat di gunakan
pada penderita yang sensitif terhadap asetosal, atau gangguan saluran pencernan,
pendarahan lambung. Pseudoefedrin HCI merupakan dekongestan nasal yang dapat
diberikan per oral. Pseudoephedrine HCl bekerja merangsang reseptor alpha
adrenegric yang menimbulkan vasokonstriksi kongesti selaput lendir yang
menyertai rinitis alergik, koriza akut, sinusitis dan penyakut saluran nafas
lainnya. Dextromethorpan HBr, merupakan penekan batuk non-narkotik.
Paracetin Syrup
Tiap 5 ml sirup mengandung :
Parasetamol 120 mg, gliseril guaiakolat 30 mg, efedrin-HCl 3 mg, klorfeniramin
maleat (CTM) 0,5 mg. Indikasi: Influenza, demam, bersin-bersin,
pilek, sakit kepala dengan batuk.
Paramex Flu dan Batuk
Komposisi : Propifenazon 150
mg, Parasetamol 250 mg, Deksklorfeniramini maleate 1 mg, Kafein
anhidrat 50 mg. Indikasi: Sakit kepala, migren, sakit gigi, nyeri
menstruasi, flu, reumatisme, neuralgia (nyeri saraf) dan skiatika (pinggang
pegal, linu panggul), demam.
Analisis: di kemasan tertulis
kontraindikasi: pasien dengan penyakit ginjal tidak boleh minum obat ini, hal
ini karena propifeanzone bisa membuat toksik pada ginjal. Propifenazon
(propilantipirin) adalah derivat fenazon tanpa daya antiradang dengan sifat
sama. Di AS, penggunaan obat dari keluarga fenazon diawasi dengan ketat
(Ganiswara, 2003). Resiko agranulositosis lebih ringan. Beberapa obat sakit
kepala yang mengandung propifenazon adalah Ultraflu, Bodrex Migra, dan Saridon.
Paramex juga mengandung
kafein. Kafein merupakan stimulan sistem syaraf pusat yang dapat
memperlihatkan sifat-sifat tertentu seperti stimulasi jantung, diuretik, dan
relaksasi otot polos. Kombinasi parasetamol-kafein dapat meningkatkan efikasi
analgesik. Ketika minum obat yang ada kafein-nya, minumlah sedikit mungkin
minuman lain yang mengandung kafein, (misal: kopi, teh, cola; 1 cangkir kopi =
100 mg kafein), sebab kafein yang terlalu banyak menyebabkan gelisah,
iritabilitas, sukar tidur dan jantung berdebar. Kafein juga bisa
menyebabkan ketagihan.
Obat sakit kepala lain yang
mengandung kafein: Bodrex Migra (50 mg), Neuralgin (50 mg), Saridon (50 mg),
Panadol Extra (65 mg), Puyer 16 bintang 7 (50 mg). Berapakah maksimal sehari
konsumsi kafein? 300 mg di bagi menjadi 3 dosis. Untuk panadol Extra disarankan
sehari maksimal 2 saja. Apa beda Bodrex dan Bodrex Migra? Bodrex biasa isinya
600 mg parasetamol, 50 mg kafein. Sedangkan Bodrex Migra isinya 350 mg, kafein
50 mg, propifenazon 150 mg. Dengan maraknya obat sakit kepala yang mengandung
kafein, Dumin (mereknya si Actavis) datang dengan iklan parasetamol tanpa
kafein.
Sanaflu
Indikasi: Meringankan gejala
flu. Tiap 5 ml sirop sanaflu plus: Parasetamol 120 mg, dekstrometorfan-HBr 7,5
mg, fenilpropanolamina HCI 3,5 mg; Tiap kaplet sanaflu: Parasetamol 500
mg, fenilpropanolamin HCl15 mg.
Stop Cold Tablet
Indikasi: meringankan gejala flu
seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin yang disertai batuk.
Per tablet berisi: Parasetamol 500 mg, Pseudoefedrin HCl 30
mg, Klorfeniramini Maleat 2 mg, Gliseril Guaiakolat 50 mg.
Tera F
Indikasi untuk meringankan
gejala flu seperi demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin
yang disertai batuk. Tiap tablet mengandung : parasetamol 650 mg,
gliseril guaiakolat 50 mg, fenilpropanolamin HCl 15 mg, chlorpheniramine
maleate 2 mg. Komentar: Parasetamol tergolong tinggi di banding merek yang
lain, 650 mg (lainnya 500 mg).
Termorex Plus
Indikasi: menghilangkan gejala flu
yang disertai dengan demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan
bersin-bersin. Per 5 mL mengandung: Parasetamol 120 mg, Pseudoefedrin HCl
7,5 mg, Gliseril Guaiakolat 25 mg, Klorfeniramini Maleat 0,5 mg.
Tremenza
Trifed
Indikasi :pengobatan gejala-gejala
yang berhubungan dengan pilek, sinusitis, dan kondisi alergika. Tiap 5 ml
mengandung Triprolidin HCl 1,25 mg, Pseudoefedrin HCl 30 mg. Obat ini
sebenarnya mirip benerremenza, namun sepertinya harganya lebih murah.
Tuzalos
Indikasi: Gejala-gejala flu
seperti batuk, demam. Anelgesik (pengurang rasa sakit), antipiretik (penurun
panas), antitusif dan nasal dekongestan. Tiap tablet
mengandung Parasetamol 500 mg, Dekstrometorfan HBr 10 mg,
Fenilpropanolamin HCl 15 mg, CTM (Klorfeniramin maleat) 1
mg. Anak-anak usia kurang dari 6 tahun, ibu hamil dan menyusui harap
berhati-hati menggunakan obat ini.
Ultraflu
Indikasi: untuk meringankan gejala
flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin. Tiap
tablet mengandung: acetaminophenum/prasetamol 600 mg, phenylpropanolamin HCl 15
mg, chlorpheniramini maleas 2 mg.
10.
Obat-obat
Tradisional untuk Pengobatan Influenza
Pada musim yang tak
menentu seperti sekarang ini. Banyak orang yang mudah terkena penyakit flu. Influenza dikarenakan oleh virus
yang menyerang sistem pernapasan. Virus masuk ke dalam tubuh makhluk hidup
kemudian menggunakannya sebagai tempat berkembang biak. Virus ditularkan ke
orang lain melalui butiran cairan dari air liur atau lendir yang dikeluarkan
saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara. Udara menjadi media penyebaran
virus, jika Anda menghirup udara tersebut dengan kondisi tubuh yang tidak fit
dapat membuat Anda mudah terkena flu.
Dengan menggunakan obat flu
tradisional terbukti efektif dan berperan jauh lebih baik terhadap
penderita influenza. Ada banyak bahan alami yang dapat membantu menyembuhkan
tubuh dari penyakit. Beberapa orang tidak menyadari bahwa obat herbal dari alam
dapat memberikan kita sifat penyembuhan yang efektif dengan sedikit atau tanpa
biaya tambahan, karena bahan tersebut mudah di dapat di sekitar lingkungan
rumah.
a. Yoghurt
Dari segi gizi,
yoghurt merupakan produk makanan yang kaya akan zat gizi. Komposisi zat gizinya
mirip susu dan bahkan ada beberapa komponen seperti vitamin B kompleks,
kalsium, dan protein justru kandungannya relatif tinggi. Diperkirakan imun yang
terkandung dalam yoghurt sangatlah tinggi.
b. Bawang
Putih
Kandungan Allicin
dalam bawang putih memiliki manfaat ampuh untuk melawan flu. Menurut studi
kandungan allicin dapat mengurangi resiko terjangkit flu dan menyembuhkan sakit
flu secara cepat. Akan tetapi ada efek samping bagi penderita gula darah dan
wanita hamil. Menurut tes, bawang putih memang mampu membunuh virus influenza.
c. Kurma
Kurma diperkaya
dengan potasium, mangan, dan antioksidan, buah ini membantu mendukung level pH
yang sesuai bagi tubuh, membuat patogen sulit masuk ke jantung pertahanan
tubuh. Pilih kurma yang berkulit gelap karena mengandung lebih banyak gizi,
makanlah empat kurma sehari untuk mendukung sistem kekebalan Anda.
d. Jamur
Jamur lezat jika
ditambahkan ke nasi merah. Namun jamur tersebut juga kaya dengan antioksidan
yang disebut ergothioneine, yang dapat melindungi sel-sel tumbuh dari
pertumbuhan abnormal dan bereplikasi menjadi sel mutan. Masaklah dengan anggur
merah, yang mengandung antioksidan resveratrol, akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
e. Mineral
seng
Seng tak bisa
diremehkan peranannya karena tak kurang dari 200 metalloenzim sangat tergantung
padanya. Dengan kata lain seng sangat luas peranannya, terutama dalam
hubungannya dengan berbagai penyakit akibat lemahnya pertahanan tubuh.
Defisiensi seng oleh berbagai riset yang lain juga dilaporkan dapat mengurangi
daya konsentrasi (mudah mengantuk), mengurangi daya penyembuhan luka, ketajaman
pengecap, kulit kering dan kasar, anemia, berat badan merosot dan masih banyak
lagi.
f. Spirulina
Spirulina, mikroalga
yang berwarna biru, merupakan sumber protein yang sangat tinggi. Warna biru
pada spirulina berperan penting untuk sistem kekebalan tubuh. Spirulina kaya
akan vitamin B kompleks, vitamin D, magnesium, seng, selenium, zat besi, dan
gamma linoleic acid (GLA). Phycocyanin merupakan protein kompleks terbanyak
dalam spirulina yang memiliki manfaat bagi kesehatan, antara lain untuk
menstimulasi kerja sel batang pada sumsum tulang, berperan dalam produksi sel
darah putih, yang berfungsi meningkatkan imunitas tubuh. Serta sel darah merah,
yang berfungsi mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Spirulina juga sangat kaya
akan kandungan selenium, yang sangat berperan dalam sistem imunitas tubuh.
g. Jahe
Jahe dipercaya sejak
dulu kala sebagai obat tradisional China dalam memerangi gejala flu. Jahe panas
ditambah jeruk nipis dan madu bisa dijadikan minuman di saat hujan. Tapi bagi
yang baru menjalani operasi, sebaiknya hindari minum jahe selama dua minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar